I. PENDAHULUAN
1.1Latar
Belakang
Ubi jalar (Ipomoea batatas L.) atau dikenal
juga dengan istilah ketela rambat merupakan tanaman yang termasuk ke dalam
jenis tanaman palawija, dapat berfungsi sebagai pengganti bahan makanan pokok
(beras) karena merupakan sumber karbohidrat. Ubi jalar merupakan tanaman
musiman yang memilliki prospek cukup bagus sebagai komoditas pertanian unggul.
Ubi jalar di Indonesia cukup popular, khususnya di wilayah Indonesia bagian
timur, yaitu Papua Timur dan Papua Barat yang menggunakan ubi jalar sebagai
bahan pokok dan makanan ternak. Sentra produksi ubi jalar di Indonesia yang
paling Luas adalah Jawa Barat, Papua, Jawa Timu, Jawa tengah, Sumatera Utara,
Sumatera Barat, NTT, Bali, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Utara (indah
Permanasari, dkk., 2017).
Di Indonesia, penanaman ubi jalar belum
menunjukkan perkembangan yang baik sehingga produksinya mengalami pasang surut.
Padat Tahun 2014, produksi ubi jalar 23.386.58 ton dengan luas panen 1.567.58
hektar. Pada tahun 2015, produksi ubi jalar mengalami penurunan menjadi
22.611.24 ton dengan luas panen 1.402.18 hektar. Pada tahun 2013, produksi ubi
jalar lebih tinggi dibandingkan produksi tahun 2015 menjadi 2.36.729 ton dengan
luas panen 1.618.50 hektar (Badan Pusat Statitik, 2007 dalam indah Permanasari,
dkk., 2017).
Permintaan masyarakat terhadap umbi ubi jalar
terus meningkat, namun peningkatan permintaan tersebut belum diimbangi dengan
meningkatnya kualitas umbi yang dihasilkan. Usaha yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan kuantitas dan kualitas ubi jalar dengan memperbaiki pemupukan.
Pemupukan brtujuan untuk memelihara atau memperbaiki kesuburan tanah sehingga
tanaman dapat tumbuh lebih cepat, subur dan sehat. Pemupukan adalah suatu
tindakan yang dilakukan untuk memberikan unsur kepada tanah dan tanaman sesuai
yang dibutuhkan untuk pertumbuhannya. Ubi jalar merupakan tanaman penghasil
pati yang membutuhkan tanah dengan bahan organic dan kalium yang tinggi sangat
berperan dalam pembesaran umbi. Hal ini yang mendasari pentingnya pemakaian
pupuk organic dalam budidaya tanaman ubi jalar.
2.1Tujuan
Praktikum
Tujuan dari praktikum adalah agar
mahasiswa dapat mengaplikasikan teknik budidaya ubi jalar dan mengetahui jenis
bahan POC (pupuk organic cair) dan dosis pupuk kimia terhadap pertumbuhan dan
produksi tanaman ubi jalar.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1Sejarah
Tanaman Ubi Jalar
Menurut perkembangan sejarah
tanaman ubi jalar atau ketela rambat atau “sweet potato” diduga berasal dari
Benua Amerika, yaitu Amerika Tengah. Ubi jalar mulai menyebar ke seluruh dunia
terutama ke kawasan Asia : Filipina, Jepang, dan Indonesia. (Kantor Deputi
Menegristek, 2000). Varietas ubi jalar yang termasuk varietas unggul harus
memiliki kriteria-kriteria : Produktivitasnya tinggi (20 - 40 ton/hektar); Daya
adaptasinya luas atau stabil; Daya tahan terhadap berbagai hama dan penyakit
tinggi; Masa panen pendek, yakni antara 3 - 4 bulan; Tekstur ubi masih segar
dan memiliki rasa manis; Memiliki kandungan serat kasar rendah; Memiliki
kandungan gizi tinggi; Karakter tanaman sesuai dengan kebutuhan industri.
Ubi jalar adalah salah satu sumber karbohidrat
yang juga sangat diminati oleh masyarakat, yang memanfaatkan akarnya yang
berbentuk ubi. Berdasarkan sumber di Wikipedia tanaman ini kabarnya berasal
dari Amerika Selatan tropis yang kemudian tersebar dibeberapa benua, namun hal
ini juga masih menjadi kontroversi akan asal-usulnya.
Tanaman ini dikabarkan masuk ke
Indonesia dan beberapa negara Asia lainnya oleh orang Spanyol, dan oleh
orang-orang Asia tidak hanya dimanfaatkan ubinya saja namun juga daun muda dari
tanaman merambat ini sebagai sayuran. Nama binomial dari ubi jalar adalah
Ipomoea batatas L dan pada dasarnya rasa dari ubi ini jika hanya direbus saja
akan memiliki rasa yang manis dibandingkan dengan jenis ubi lainnya. Sehingga
mungkin karena hal inilah orang-orang bule
menyebutnya sebagai “sweet potato”, atau jika diartikan kedalam bahasa
Indonesia artinya adalah kentang manis.
Jenis ubi ini sendiri sebenarnya
juga bervariasi dan salah satunya adalah yang berwarna ungu, sehingga masyarakat
Indonesia lebih sering mengenalnya sebagai Ubi Ungu. Ubi jenis ini juga sering
dijadikan sebagai bahan untuk membuat kue baik yang kering maupun yang basah,
karena mungkin selain rasanya yang manis juga memiliki warna ungu alami yang
lebih menarik jika dibanding ubi jalar jenis lain.
Salah satu hasil olahan dari ubi
ungu yang sekarang cukup diminati oleh masyarakat adalah menjadikannya sebagai
keripik, yang rasanya manis agak sedikit asin dan renyah ketika digigit. Bahkan
jika dibandingkan dengan keripik singkong atau ketelo pohon, keripik ubi ungu
atau ketela rambat akan lebih empuk ketika digigit, namun menurut kami untuk
pemproduksinya masih lebih banyak untuk keripik singkong dibanding keripik ubi
ungu.
Oleh karena itu mungkin ada
beberapa diantara anda yang ingin mencoba untuk membuatnya sebagai usaha
bisnis, atau untuk disantap sendiri sebagai camilan keluarga. Cara membuatnya
sebenarnya juga relatif mudah dan tidak membutuhkan bahan yang terlalu banyak,
mengingat rasa dari ubi ini sendiri juga sudah manis dan warnanya juga sudah
menarik.
2.2Klasifikasi
dan Marfologi Ubi Jalar
Ubi jalar merupakan sejenis tanamanan umbian
yang menyimpan tanamanannya di dalam tanah . Tamanan ini sangat lah menyerupai
tanaman umbian lainnya seperti kentang , singkong dan juga umbian lainnya ,
yang sangat lah memiliki kandungan gizi yang sangat tinggi.
Klasifikasi Ubi jalar Kindom Plantae (Plants),
Sub kingdom Tracheabionta (Vasculer Plants), Super division Spermathopyta (Seed
Plants), Division Magnoliopsida (Flowering Plants), Class Magnoliopsida (Dicotyledons),
Sub classis Asteridae, Ordo Solanes, Familia Convulvulaceae (Morning Glory
Family), Genus Ipomoea L . (Morning glory) dan Species Ipmoea batatas L .
Morfologi
Ubi Jalar
a. Batang
Batang tanaman ubi jalar berbentuk bulat,
tidak berkayu, berbuku-buku dan tumbuh dengan merambat. Panjang batang tanaman
ubi jalar 2- 3 m. Sedangan ukuran pada batang yaitu tergantung varietes misalya
besar, sedang dan kecil, serta memiliki warna batang hijau tua dan ada juga
yang berwarna keunguan.
b. Ubi
Memiliki bentuk umbian yang bulat tidak rata
dan kadang juga berbentuk lonjong. Berat ubi yang ideal yaitu 200 – 300 gram
per ubi. Dan memiliki warna putih, kuning dan juga warna keunguan, dan memiliki
kulit yang sangat ah tipis.
c. Daun
Daun berbentuk bulat dan juga lonjong dengan
tepi yang rat dan memiliki lekukan yang sangat lah dalam. Sedangkan memiliki
bagian ujung daun yang sangat lah tajam. Daun biasanya memiliki warna hiaju tua
dan juga kekuning – kuningan.
d. Bunga
Bunga ubi jalar memiliki bentuk terompet
tersusun dengan lima helai daun mahkota, lima helai dauan bunga dan satu helai
putik. Mahkota bunga berwarna putih, bunga ubi jalar mekar pada pagi jika
terjadi penyerbukaan maka akan terjadi buah.
e. Buah
Buah ubi jalar berbentu bulat, berkulit keras dan berbiji.
2.3Budidaya Ubi
Jalar
Tumbuhan merambat sering dibudidayakan berdasarkan cara budidaya
ubi jalar untuk dimanfaatkan umbinya dan daunya yang masih muda untuk dijadikan
sayuran.
Tanaman ubi jalar cocok ditanamn di tempat dengan ketinggian 500
mdpl namun saat ini dapat ditanamkan di ketinggian 1000 mdpl dengan waktu
budidaya yang lebih lama.
Ubi jalar dapat ditanam di tepat dengan suhu sekitar 21-27oC dan
di daerah tropis dengan curah hujan sekitar 750-1500 mm/tahun. Hal tersebut dikarenakan
sinar matahari perlu untuk pertumbuhan tanaman yaitu 11-12 jam sehari.
Cara
budidaya tanaman ubi jalar yaitu:
1. Penyiapan
Bibit
Untuk
menyiapkan bibit ubi jalar, dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu:
a. Cara
generatif yang jarang digunakan untuk budidaya ubi jalar dalam skala uang luas
namun untuk meperbanyak bibit dalam skala yang tebatas. Caranya dengan memilih
umbi hingga tunas keluar. Tunas tersebut lalu dipotong dan siap ditanam.
b. Cara
vegetatif dengan cara stek. Pilih indukan dari tanaman berumur diatas 2 bulan
dengan ruas pendek. Potong batang sekitar 15-25 cm. disetiap potongan,
setidaknya terdapat 2 ruas batang. Papas daun dan ikat batang yang telah distek
lalu dibiarkan ditempat teduh selama 1 minggu. Cara ini dianjurkan untuk3-5
kali penanaman.
Tanah yang cocok untuk ditanami adalah tanah
lempung yang berpasir, gembur serta mengandung banyak unsur hara dan memiliki
sistem drainase yang baik. jika ditanam di tanah kering dan retak, akan membuat
imunitas tanaman menurun sehingga akan terserang hama dan penyakit. Namun jika
ditanam di tempat yang becek dan basah, umbi akan menjadi kerdil, umbi mudah
busuk dan bentuk benjol dan kadar serat tinggi.
Tanah yang cocok untuk dijadikan sebagai
lahan tanaman adalah tanah dengan pH 5,5-7,5 dan tanaman ini dapat dapat tumbuh
dengan baik di tegalan sawah, lakukan saat musim kemarau. Untuk pengolahan
tanah, tidak perlu membutuhkan pupuk yang banyak.
Sebelum melakukan penanaman, tanah sebaiknya
dicangkul atau dibajak untuk menggemburkan tanah. Buat bedengan dengan tinggi
30-40 cm dengan labr 60-100 cm dan jarak antar bedengan 40-60 cm.
Panjang bedengan terganung dari bentuk lahan
yang anda gunakan. Sebaiknya gunakan pupuk kandang atau kompos dan campurkan
pada bedengan dengan takaran 20 ton/ha. Pupuk kandang yang bagus untuk
digunakan adalah pupuk kandang dari campuran ayam dan kambing atau sapi yang
telah matang.
2. Penanaman
dan Perawatan
Penanaman dalam cara budidaya ubi jalar
dilakukan dengan mebenamkan 2/3 bagian dari stek batang ke tanah. Dalam 1
bedengan, buat 2 baris tanaman dengan jarak antar tanaman dalam 1 baris adalah
sekitar 30 cm dan jarak antar baris yaitu 40 cm. untuk itu 1 ha, dibutuhkan
sekitar 36 ribu batang. Saat awal pertumbuhan, dilakukan penyiraman pagi dan
sore untuk menjaga kelembaban tanah. Penyiraman dapat dihentikan ketika tanaman
mulai tumbuh dengan ciri keluarnya daun baru.
Jika tanaman ditanam didaerah dengan
intensitas hujan sekali dalam 2 minggu, tidak perlu dilakukan penyiraman terus
menerus karena sudah cukup asupan air. Pemeriksaan keseluruhan dilakukan setelh
2-3 minggu penanaman.
Umur 6-8 minggu, lakukan tutup kembai tanah
dan rapikan akar yang keluar dari jalur penanaman sehingga umbi tidak terlalu
besar. Jika tidak ditertibkan, maka umbi yang dihasilkan akan banyak dengan
ukuran yang kecil.
3. Pemanenan
Setelah
melakukan cara budidaya ubi jalar, lakuka pemanenan ketika ketela rambat telah
berumur sekitar 3,5-4 bulan. Ketila memanen, perhatikan mengenai cuaca saat
itu. Hindari pemanenan ketika musim hujan deras karena akan membuat umbi
membusuk.
2.4Syarat
Tumbuh Ubi Jalar
Ubi jalar
merupakan tanaman yang potensial dikembangkan di Indonesia. Ubi jalar merupakan
sumber karbohidrat yang dapat digunakan untuk subtitusi beras. Dua hal yang
menjadi kelebihan ubi jalar dibandingkan dengan padi adalah potensi hasil per
hektar yang lebih tinggi dan kemampuan tanaman untuk tumbuh di lahan yang
kering.
Pengembangan
tanaman ubi jalar harus dilakukan di daerah-daerah yang sesuai dengan syarat
tumbuh tanaman sehingga potensi hasil yang didapatkan akan lebih tinggi.
Umumnya, syarat tumbuh tanaman berkaitan dengan kondisi tanah dan iklim mikro
yang berada pada suatu daerah.
Secara
astronomis, tanaman ubi jalar dapat tumbuh baik mulai 40 lintang utara hingga
32 lintang selatan. Di indoensia, tanaman ubi jalar dapat tumbuh di daerah
pesisir pantai hingga ketinggian 1700 mdpl. Ubi jalar dapat tumbuh di berbagai
jenis tanah. Ubi jalar akan memiliki hasi tertinggi ketika ditanam di tanah
lempung berpasir yang kaya bahan organik dan drainase yang baik. DI tanah
lempung berat, ubi jalar akan menghasilkan umbi yang rendah. Di tanah yang
subur, tanaman ubi jalar akan memiliki banyak daun, tetapi hasil umbi sedikit.
Ubi jalar dapat tumbuh dengan baik pada tanah dengan derajat keasaman 5,5-7,5.
Namun demikian, tanah yang optimal untuk pertumbuhan ubi jalar adalah dengan
kemasaman 6,1-7,7.
Tanaman ubi
jalar dapat tumbuh pada daerah dengan kisaran suhu antara 10 sampai dengan 40
C. suhu optimal untuk pertumbuhan ubi jalar adalah 21 sampai dengan 27 C. Ubi
jalar dapat tumbuh dengan subur pada kondisi lingkungan yang panas dan lembab.
Dibutuhkan paling sedikit empat bulan musim panas untuk mendukung pertumbuhan
ubi jalar. Ubi jalar membutuhkan cahaya matahari penuh dengan durasi penyinaran
11-12 jam per hari. Untuk pertumbuhan vegetatif, ubi jalar membutuhkan750-1500
mm air hujan. Sementara untuk pembentukan ubi dibutuhkan kondisi yang kering.
Kondisi
lingkungan tempat budidaya ubi jalar yang sesuai dengan syarat tumbuh tanaman
akan memudahkan dalam teknis budidaya tanaman. Selain itu, kesesuaian kondisi
lingkungan dengan syarat tumbuh tanaman akan meminimalisir input-input yang
digunakan untuk modifikasi lahan sehingga tahapan dan agribisnis tanaman ubi
jalar menjadi lebih efisien.
III. BAHAN DAN METODE
3.1Waktu dan
Tempat
Praktikum
dilaksanakan pada bulan April sampai dengan Juni 2017 dilahan percobaan
Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim
Riau, Jln. H.R. Soebrantas No. 155, Km. 15 Kelurahan simpang baru-Panam,
Kecamatan Tampan, Pekanbaru.
3.2Bahan dan
Alat
Bahan yang
digunakan adalah bibit ubi orange, pupuk kandang 2 kg, dolimit 1 kg, pupuk
urea, TSP dan KCl, sedangkan alat yang digunakan adalah alat-alat pertanian,
timbangan, meteran, timbangan digital, oven serta alat-alat lain yang mendukung
praktikum ini.
3.3Metode
Paktikum
a. Persiapan
Lahan
Lahan yang
akan digunkan harus dibersihkan dari vegetasi yang mngganggu kemudian diratakan
dengan cangkul dan dibuat bedengan ukuran 1 m x 1,2 m.
b.
Pemberian dolomit dan pupuk kandang
Dolomit
diberikan 2 minggu sebelum tanah dengan cara menebar diatas permukaan bedengan
lalu diaduk dengan tanah. Dosis yang diperlukan yaitu 10 tohn/ha ( 1
kg/bedengan). Satu minggu setelah itu, diberikan pupuk kandang dengan dosis 2
kg/bedengan dengan cara menebar diatas permukaan bedengan lalu diaduk dengan
tanah.
c.
Penanaman
Bibit ubi
orange digunakan didapatkan dari petani didaerah Kubang, bibit berupa stek
batang dan stek pucuk dengan panjang 25 cm/stek. Stek ubi orange ditanam dengan
posisi miring dengan cara ditanamkan sedalam ± 5 cm. jarak tanam yang digunakan
adalah 50 cm x 30 cm
d.
Pemeliharaan
1. Penyulaman
dilakukan apabila tanaman mati, dilakukan 1 MST dengan cara menanam bibit atau
memindahkan bibit yang mempunyai umur sama yang sudah disiapkan dibedengan
cadangan.
2. Penyiangan
dan pembubunan
Gulma merupakan pesaing tanaman ubi jalar, terutama dalam
pemenuhan kebutuhan akan air, unsur hara, dan sinar matahari. Bersama-sama
kegiatan penyiangan dilakukan pembubunan.
3. Penyiraman
Dilakukan tergantung kondisi dilapangan, kalau hari hujan tidak
usah melakukan penyiraman.
e.
Pemberian perlakuan
Praktikum terdiri dari 2 faktor.
Faktor pertama adalah pemberian pupuk anorganik yang diberikan 2 MST dan faktor
kedua adalah pemberian pupuk organic cair yang diberikan setiap minggu, mulai
dari minggu kedua dengan dosis 50 ml/tanaman.
Pupuk anorganik yang digunakan
adalah urea, TSP dan KCL dengan 3 taraf yaitu :
D0= Urea : TSP : KCL (0 : 0 : 0)
D5= Urea : TSP : KCL (50kg/ha : 50kg/ha
: 50kg/ha)
D10= Urea : TSP : KCL (100kg/ha :
100kg/ha : 100kg/ha)
Pupuk organic cair yang digunakan
ada 4 jenis yaitu :
PKA = POC kotoran ayam
PKS = POC kotoran sapi
PKK = POC kotoran kambing
PKM = POC komersial
f.
Pengendalian hama dan penyakit
Dilakukan
apabila ada serangan hama dan penyakit.
g.
Pemanenan
Pemanenan dilakukan pada umur ± 3
bulan dengan kriteria panen, daun sebagian besar telah gugur, batang menguning.
Pemanenan dilakukan dengan mencabut ubi. Hati-hati menggunakan alat pertanian
seperti cangkul karena bisa menyebabkan kerusakan ubi.
h.
Pengamatan
Pengamatan
dilakukan terhadap pertumbuhan, pengukuran komponen hasil, hasil serta beberapa
variabel pendukung. Pengamatan variabel pertumbuhan dilakuakan terhadap tanaman
sampel yang diambil secara acak pada masing-masing petak percobaan. Pengukuran
variabel komponen hasil dan hasil dilakukan pada saat panen dengan terlebih
dahulu menetapkan luas ubinan dimana setiap ubinan terdapat delapan tanaman ubi
jalar.
Pengamatan
meliputi:
a) Panjang
batang (cm)
Pengamatan
dilakukan pada panjang tanaman sampel hasil dari pangkal batang diatas
permukaan tanah sampai ujung batang kemudian dirata-ratakan.
b) Jumlah
cabang primer pertaman (batang)
Pengukuran
dilakukan dengan cara menghitung jumlah cabang primer pada tiga tanaman sampel
diluar petak kemudian dirata-ratakan.
c) Jumlah daun
(helai)
Daun
diamati dengan menghitung seluruh daun pada tiga tanaman sampel diluar petak
kemudian dirata-ratakan.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1Hasil
Tabel 4.1
Tinggi Tanaman
PERLAKUAN
|
ULANGAN
|
||
I
|
II
|
III
|
|
PKA D0
|
50,98
|
44,13
|
43,38
|
PKA D5
|
59,08
|
38,70
|
49,71
|
PKAD10
|
46,94
|
45,27
|
36,35
|
PKK D0
|
65,73
|
53,71
|
57,42
|
PKK D5
|
46,68
|
52
|
51,60
|
PKK D10
|
58,98
|
38,1
|
52,28
|
PKS D0
|
51,58
|
67,8
|
55,52
|
PKS D5
|
46,48
|
25,71
|
53,1
|
PKS D10
|
66,19
|
67,06
|
43,29
|
PKM D0
|
49,33
|
40,19
|
48,25
|
PKM D5
|
72,14
|
48,25
|
45,14
|
PKM D10
|
51
|
32
|
34,93
|
Tabel 4.2
Jumlah Daun
PERLAKUAN
|
ULANGAN
|
||
I
|
II
|
III
|
|
PKA D0
|
67,46
|
33,17
|
46,46
|
PKA D5
|
81,13
|
34,46
|
50,67
|
PKAD10
|
49,33
|
54,71
|
45,21
|
PKK D0
|
59,54
|
56,38
|
58,5
|
PKK D5
|
51,79
|
47,67
|
103,83
|
PKK D10
|
48,5
|
34,25
|
32,08
|
PKS D0
|
44,83
|
79,42
|
71,83
|
PKS D5
|
61,25
|
36,75
|
45,96
|
PKS D10
|
123,42
|
54,54
|
78,46
|
PKM D0
|
61,67
|
52,79
|
56,25
|
PKM D5
|
89,71
|
58,33
|
63,17
|
PKM D10
|
54,25
|
33,5
|
26,63
|
Tabel 4.3
Jumlah Cabang Primer
PERLAKUAN
|
ULANGAN
|
||
I
|
II
|
III
|
|
PKA D0
|
22,46
|
14,08
|
16,33
|
PKA D5
|
37,58
|
20,04
|
18
|
PKAD10
|
30,5
|
24,33
|
7,37
|
PKK D0
|
10,17
|
3,62
|
21,29
|
PKK D5
|
19,96
|
3,46
|
30,42
|
PKK D10
|
8,04
|
11,75
|
9,12
|
PKS D0
|
33,21
|
10,42
|
47,79
|
PKS D5
|
20,71
|
11,25
|
19,79
|
PKS D10
|
14,21
|
16,12
|
17,54
|
PKM D0
|
21,08
|
9,12
|
25,46
|
PKM D5
|
29,17
|
8,58
|
22,71
|
PKM D10
|
12,29
|
7
|
14,33
|
4.2Pembahasan
1.
Tinggi
tanaman
Dapat
dilihat dari tabel 4.1 bahwa rata-rata tinggi tanaman tertinggi terdapat pada
perlakuan PKM D5 Ulangangan satu dengan rata-rata tinggi tanaman 72,14
cm. Sedangkan
rata-rata tinggi tanaman terpendek terdapat pada perlakuan PKS D5 Ulanganan dua
dengan rata-rata tinggi tanaman 25,71 cm.
Hal ini disebabkan karena banyak faktor. Salah satu
faktor diantaranya menurut penelitian Arif, dkk (2015), bahwa terdapat perbedaan
kandungan bahan penyusun pupuk organik cair. Terdapat pupuk yang memiliki kadar
nitrogen yang tinggi tetapi tanpa mikrobia hayati, terdapat pupuk dengan
mikrobia hayati tanpa adanya nitrogen, dan terdapat pupuk yang memiliki
mikrobia hayati sekaligus unsur hara makro lengkap (NPK). Berdasarkan beberapa
parameter, secara umum pupuk organik cair komersial yang beredar tidak memenuhi
standar baku pupuk organik cair yang ditetapkan pemerintah melalui permentan
nomor 70/Permentan/SR140/10/2010. Baik unsur hara makro ataupun berbagai
mikroorganisme hayati tidak memenuhi standar minimal yang ditetapkan. Dari kandungan
nitrogen, hanya pupuk organik cair BN yang memenuhi standar yang ditetapkan.
Dapat disimpulkan bahwa yang mempengaruhi tinggi tanaman bukan lah perbedaam
jenis pupuk organic cair yang digunakan melainkan kandungan yang terdapat pada
pupuk, baik itu pupuk organic cair atau pun pupuk anorganik. Berdasarkan
penelitian Syarief (1986) dalam Arif,dkk (2015) menjelaskan bahwa nitrogen
merupakan penyusun protein dan asam. Semakin luas ukuran daun, fotosintesis
akan semakin optimal dan pada akhirnya berpengaruh terhadap pertumbuhan organ
selain daun seperti tinggi tanaman dan diameter batang. Dalam kaitannya dengan
ketersediaan hara, penambahan tinggi tanaman dan diameter batang dipengaruhi
oleh ketersediaan N selama pertumbuhan tanaman. Menurut Saragih et al. (2013),
semakin tinggi dosis nitrogen yang diberikan, semakin berpengaruh terhadap
tinggi tanaman pada fase V9 (42 hst). Nitrogen merupakan penyusun biomassa tananam,
termasuk juga diameter batang tanaman. Semakin banyak N yang diberikan maka
semakin tinggi biomassa yang dihasilkan, semakin besar diameter batang tanaman.
Menurut Mamonto (2005), pupuk NPK sangat dibutuhkan untuk merangsang pembesaran
diameter batang.
Ternyata bukan hanya kandungan unsur hara dalam
pupuk saja yang dapat mempengaruhi pertumbuhan tinggi tanaman tetapi ada faktor
lain. Faktor lain yang menyebabkan kurangnya tinggi tanaman yaitu pada perlakuan
PKS D5 Ulanganan dua bisa disebabkan karena tanaman ubi jalar tersebut habis
dimakan kerbau, sehingga kurangnya data pengukuran yang akan diukur.
2. Jumlah daun
Dapat dilihat dari tabel 4.2 bahwa rata-rata jumlah
daun terbanyak terdapat pada perlakuan PKS D10 ulangan 1 dengan rata-rata
jumlah daun 123,42 helai. Sedangkan rata-rata daun paling sedikit terdapat pada
perlakuan PKK D10 ulangan tiga dengan rata-rata jumlah daun 32,08 helai.
Hal ini disebabkan karena pemberian pupuk N,P dan K.
menurut penelitian Petrokimia Gresik (2002), agar tanaman
dapat tumbuh dengan
baik dan menghasilkan produksi yang tinggi, diperlukan
unsur hara atau makanan yang cukup. Unsur hara
utama yang dibutuhkan tanaman adalah Nitrogen (N), Fosfor (P) dan Kalium
(K). Tidak terpenuhinya salah
satu unsur
hara tersebut akan
mengakibatkan menurunnya kualitas dan kuantitas hasil produksi pertanian.
Unsur hara N, P dan K di dalam
tanah tidak cukup
tersedia dan terus
berkurang karena diambil
untuk pertumbuhan tanaman dan
terangkut pada waktu
panen, tercuci, menguap dan erosi. Untuk
mencukupi kekurangan unsur
hara N, P,
dan K perlu
dilakukan pemupukan. Pupuk yang
sesuai untuk memenuhi
kebutuhan hara-hara tersebut sekaligus adalah pupuk Phonska.
Ternyata
bukan pupuk saja yang dapat mempengaruhi pertumbuha jumlah tetapi ada faktor
lain. Faktor lain yang menyebabkan kurangnya jumlah yaitu pada perlakuan PKK
D10 ulangan tiga bisa disebabkan karena tanaman ubi jalar tersebut habis dimakan
kerbau, sehingga kurangnya data pengukuran yang akan diukur.
3. Cabang primer
Dapat dilihat dari tabel 4.3 bahwa rata-rata jumlah
cabang primer terbanyak terdapat pada perlakuan PKS D0 ulangan tiga dengan
rata-rata 47,79 batang. Sedangkan rata-rata cabang primer paling sedikit
terdapat pada perlakuan PKK D5 ulangan dua dengan rata-rata cabang primer 3,46
batang.
Menurut penelitian Devi (2016), bahwa perlakuan
pemangkasan menghasilkan pertumbuhan rata-rata panjang batang lebih pendek dari
perlakuan tanpa pemangkasan, sebaliknya perlakuan pemangkasan menghasilkan
pertumbuhan rata-rata panjang cabang primer yang lebih tinggi dari perlakuan
tanpa pemangkasan selama waktu pengamatan dari umur 2 MST sampai 8 MST. Pemangkasan
tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah cabang primer kecuali pada umur 4 MST,
dimana perlakuan pemangkasan menghasilkan rata-rata jumlah cabang primer lebih
banyak dari perlakuan tanpa pemangkasan. Pemangkasan juga berpengaruh nyata
terhadap jumlah dan panjang cabang sekunder pada umur 6 MST sampai 8 MST,
dimana perlakuan pemangkasan menghasilkan rata-rata jumlah dan panjang cabang
sekunder lebih tinggi dari perlakuan tanpa pemangkasan. Pemangkasan berpengaruh
nyata terhadap jumlah stek batang dan stek pucuk, dimana perlakuan pemangkasan
menghasilkan stek batang dan stek pucuk yang lebih banyak dari perlakuan tanpa
pemangkasan. Jarak tanam berpengaruh nyata terhadap jumlah dan panjang cabang
primer dimana jarak tanam 100 cm x 30 cm menghasilkan pertumbuhan paling tinggi
dari jarak tanam lainnya. Jarak tanam 100 cm x 30 cm menghasilkan rata-rata
jumlah stek pucuk lebih banyak dari jarak tanam lainnya.
Pemangkasan merupakan kegiatan untuk meningkatkan
dan mengoptimalkan bagian organ tumbuhan dengan cara menghilangkan atau
mengurangi bagian organ tumbuhan lain. Kegiatan pemangkasan diharapkan akan
meningkatkan hasil fotosintesis sehingga dapat memaksimalkan pertumbuhan dan
produksi (Panggabean, 2014). Pemangkasan dilakukan untuk merangsang pertumbuhan
dan meningkatkan jumlah percabangan (Munawaroh dan Aziz, 2013 dalam Devi,
2016). Pemangkasan akan mematahkan dominansi apikal, akibatnya suplai auksin
terhenti dan mengalihkan pada pertumbuhan tunas-tunas lateral yang selanjutnya
berkembang menjadi cabang tanaman (Irawati, 2006 dalam Devi, 2016). Dominansi
apikal dapat merangsang pertumbuhan tunas pucuk dan menghambat pertumbuhan
tunas lateral, sehingga dengan dilakukannya pemangkasan pucuk akan merangsang
pertumbuhan tunas lateral dan menghambat pertumbuhan tunas pucuk (Usman et al.,
2013 dalam Devi, 2016).
Bagian pucuk tanaman merupakan jaringan meristem
apikal yang aktif mengalami pembelahan sel. Aktivitas tersebut dipengaruhi oleh
hormon auksin. Hormon auksin akan ditranslokasikan pada bagian pucuk yang dipangkas
sehingga merangsang pembentukan cabang baru. Senyawa lain yang diperlukan dalam
pembentukan cabang baru antara lain sukrosa dan nitrogen. Senyawa-senyawa tersebut
disintesa dalam daun kemudian ditranslokasikan ke bagian tanaman yang dipangkas.
Pemangkasan pada tanaman sambiloto tidak memberikan respon yang cukup untuk
meningkatkan pertumbuhan lateral, diduga karena rendahnya pembentukan senyawa
auksin. (Januwati et al., 1996 dalam Devi, 2016).
Pemangkasan pucuk akan merangsang pertumbuhan
tunas-tunas lateral yang kemudian berkembang menjadi cabang tanaman.
Peningkatan pertumbuhan panjang cabang menyebabkan jumlah tunas baru yang
terbentuk akan semakin banyak sehingga tanaman yang diberi perlakuan
pemangkasan pucuk memungkinkan memiliki tunas lebih banyak (Irawati dan
Setiari, 2006). Tanaman yang dipangkas akan kehilangan sebagian organ
vegetatifnya. Kondisi ini merangsang tanaman untuk melakukan perbaikan diri
dengan segera mengalihkan pada pertumbuhan samping berupa berkembangnya tunas
ketiak daun (Srirejeki et al., 2015 dalam Devi, 2016). Kegiatan pemangkasan
pucuk diharapkan akan menghasilkan bibit dalam jumlah banyak dengan kualitas
yang baik (Sutapradja, 2008).
Penelitian terkait pemangkasan bagian pucuk pernah
dilakukan oleh Srirejeki et al. (2015) dalam Devi (2015), menjelaskan bahwa
pemangkasan pucuk pada tanaman buncis dapat menyebabkan dominansi apikal
terhenti. Dominansi apikal yang terhenti menyebabkan auksin terakmumulasi dan
mendistribusikannya ke meristem lain sehingga terbentuk tunas-tunas lateral
dalam jumlah yang banyak. Penelitian lain juga dilakukan oleh Irawati dan
Setiari (2006), menjelaskan bahwa pemangkasan pucuk pada tanaman nilam
meningkatkan pertumbuhan panjang tunas lateral.
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari penelitian dapat
disimpulkan bahwa, rata-rata tinggi tanaman tertinggi terdapat pada perlakuan PKM D5
Ulangangan satu dengan rata-rata tinggi tanaman 72,14 cm. Sedangkan
rata-rata tinggi tanaman terpendek terdapat pada perlakuan PKS D5 Ulanganan dua
dengan rata-rata tinggi tanaman 25,71 cm. Rata-rata
jumlah daun terbanyak terdapat pada perlakuan PKS D10 ulangan 1 dengan
rata-rata jumlah daun 123,42 helai. Sedangkan rata-rata daun paling sedikit
terdapat pada perlakuan PKK D10 ulangan tiga dengan rata-rata jumlah daun 32,08
helai. Dan rata-rata jumlah cabang primer terbanyak terdapat pada perlakuan PKS
D0 ulangan tiga dengan rata-rata 47,79 batang. Sedangkan rata-rata cabang
primer paling sedikit terdapat pada perlakuan PKK D5 ulangan dua dengan
rata-rata cabang primer 3,46 batang.
Hal ini disebabkan
dengan kombinasi antara POC dan pupuk anorganik. Karena berbeda pupuk, maka
berbeda pula kandungan yang ada dipupuk tersebut. Dan berbeda dosis, maka
berbeda pula nutrisi yang diserap oleh tanaman ubi jalar.
5.2 Saran
Dalam praktikum
sebaiknya memilih lahan yang bebas dari hewan ternak seperti kerbau. Karena
selama kami praktikum, pada minggu kelima hampir semua tanaman ubi jalar yang
kami tanam habis dimakan kerbau. Dan hal ini menyebabkan sebagian mahasiswa
kehilangan data pengukurannya dan sebagian lagi bedengannya hancur akibat
diinjak kerbau-kerbau tersebut.
DAFTAR
PUSTAKA
http://repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/49845/5/A11amu_BAB%20II%20Tinjauan%20Pustaka.pdf.
Diakses tanggal 13 Juni 2015
Hidayat,
Arif., dkk. 2015. Pengujian Lima Pupuk Organik cair Komersial dan Pupuk NPK
pada Jagung (Zea mays L.). Vegetalika 4(4): 9-20. Diakses tanggal
13 Juni 2015
NOVIANTI,
DEVI. 2016. PENGARUH PEMANGKASAN PUCUK DAN JARAK TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN
PRODUKSI BIBIT UBI JALAR (Ipomea batatas L.).
Skripsi Fakultas Pertanian IPB. Diakses tanggal 13 Juni 2015
Pahlevi,
Reza., dkk. 2014. PENGARUH KOMBINASI PROPOSI PEMUPUKAN NITROGEN DAN KALIUM PADA
PERTUMBUHAN, HASIL DAN KUALITAS TANAMAN JALAR (Ipomea batatas (L.) Lamb) VARIETAS CILEMBU PADA DARATAN RENDAH. Jurnal Produksu Tanaman 4(1). Diakses
tanggal 13 Juni 2015
Permanasari,
Indah., dkk. 2017. Penuntun praktikum Teknologi Produksi Tanaman Pangan. Suska
Pers:Pekanbaru
Zuraida,
Nani dan Yati Supriati. Usaha Ubi Jalar sabagai Bahan pangan Alternatif dan
Diverifikasi Sumber Karbohidrat. Buleti
AgroBio 4(1): 13-23. Diakses tanggal 13 Juni 2015.
LAMPIRAN
Pengolahan lahan
Pemberian dolomit
Penanaman
Pemupukan anorganik 1
MST
Pemupukan anorganik 5
MST
Pemupukan POC komersial
setiap minggu
Perkembangan tanaman
ubi jalar dari minggu ke minggu
Kerusakan setelah
diinjak dan dimakan kerbau
Harrah's Reno Casino & Hotel - DrmCD
BalasHapusHarrah's Reno Casino 사천 출장마사지 & Hotel. 777 Harrah's Rincon Way, Reno, NV 89169. (775) 성남 출장마사지 942-5000. (888) 밀양 출장마사지 862-5000. Call Now. More Info. Hours, Accepts Credit Cards, 김제 출장샵 Accepts 이천 출장마사지