Sabtu, 24 Maret 2018



I.       PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Ubi jalar (Ipomoea batatas L.) atau dikenal juga dengan istilah ketela rambat merupakan tanaman yang termasuk ke dalam jenis tanaman palawija, dapat berfungsi sebagai pengganti bahan makanan pokok (beras) karena merupakan sumber karbohidrat. Ubi jalar merupakan tanaman musiman yang memilliki prospek cukup bagus sebagai komoditas pertanian unggul. Ubi jalar di Indonesia cukup popular, khususnya di wilayah Indonesia bagian timur, yaitu Papua Timur dan Papua Barat yang menggunakan ubi jalar sebagai bahan pokok dan makanan ternak. Sentra produksi ubi jalar di Indonesia yang paling Luas adalah Jawa Barat, Papua, Jawa Timu, Jawa tengah, Sumatera Utara, Sumatera Barat, NTT, Bali, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Utara (indah Permanasari, dkk., 2017).
Di Indonesia, penanaman ubi jalar belum menunjukkan perkembangan yang baik sehingga produksinya mengalami pasang surut. Padat Tahun 2014, produksi ubi jalar 23.386.58 ton dengan luas panen 1.567.58 hektar. Pada tahun 2015, produksi ubi jalar mengalami penurunan menjadi 22.611.24 ton dengan luas panen 1.402.18 hektar. Pada tahun 2013, produksi ubi jalar lebih tinggi dibandingkan produksi tahun 2015 menjadi 2.36.729 ton dengan luas panen 1.618.50 hektar (Badan Pusat Statitik, 2007 dalam indah Permanasari, dkk., 2017).
Permintaan masyarakat terhadap umbi ubi jalar terus meningkat, namun peningkatan permintaan tersebut belum diimbangi dengan meningkatnya kualitas umbi yang dihasilkan. Usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas ubi jalar dengan memperbaiki pemupukan. Pemupukan brtujuan untuk memelihara atau memperbaiki kesuburan tanah sehingga tanaman dapat tumbuh lebih cepat, subur dan sehat. Pemupukan adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk memberikan unsur kepada tanah dan tanaman sesuai yang dibutuhkan untuk pertumbuhannya. Ubi jalar merupakan tanaman penghasil pati yang membutuhkan tanah dengan bahan organic dan kalium yang tinggi sangat berperan dalam pembesaran umbi. Hal ini yang mendasari pentingnya pemakaian pupuk organic dalam budidaya tanaman ubi jalar.

2.1Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum adalah agar mahasiswa dapat mengaplikasikan teknik budidaya ubi jalar dan mengetahui jenis bahan POC (pupuk organic cair) dan dosis pupuk kimia terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman ubi jalar.


II.    TINJAUAN PUSTAKA
2.1Sejarah Tanaman Ubi Jalar
Menurut perkembangan sejarah tanaman ubi jalar atau ketela rambat atau “sweet potato” diduga berasal dari Benua Amerika, yaitu Amerika Tengah. Ubi jalar mulai menyebar ke seluruh dunia terutama ke kawasan Asia : Filipina, Jepang, dan Indonesia. (Kantor Deputi Menegristek, 2000). Varietas ubi jalar yang termasuk varietas unggul harus memiliki kriteria-kriteria : Produktivitasnya tinggi (20 - 40 ton/hektar); Daya adaptasinya luas atau stabil; Daya tahan terhadap berbagai hama dan penyakit tinggi; Masa panen pendek, yakni antara 3 - 4 bulan; Tekstur ubi masih segar dan memiliki rasa manis; Memiliki kandungan serat kasar rendah; Memiliki kandungan gizi tinggi; Karakter tanaman sesuai dengan kebutuhan industri.
 Ubi jalar adalah salah satu sumber karbohidrat yang juga sangat diminati oleh masyarakat, yang memanfaatkan akarnya yang berbentuk ubi. Berdasarkan sumber di Wikipedia tanaman ini kabarnya berasal dari Amerika Selatan tropis yang kemudian tersebar dibeberapa benua, namun hal ini juga masih menjadi kontroversi akan asal-usulnya.
Tanaman ini dikabarkan masuk ke Indonesia dan beberapa negara Asia lainnya oleh orang Spanyol, dan oleh orang-orang Asia tidak hanya dimanfaatkan ubinya saja namun juga daun muda dari tanaman merambat ini sebagai sayuran. Nama binomial dari ubi jalar adalah Ipomoea batatas L dan pada dasarnya rasa dari ubi ini jika hanya direbus saja akan memiliki rasa yang manis dibandingkan dengan jenis ubi lainnya. Sehingga mungkin karena hal inilah orang-orang bule  menyebutnya sebagai “sweet potato”, atau jika diartikan kedalam bahasa Indonesia artinya adalah kentang manis.
Jenis ubi ini sendiri sebenarnya juga bervariasi dan salah satunya adalah yang berwarna ungu, sehingga masyarakat Indonesia lebih sering mengenalnya sebagai Ubi Ungu. Ubi jenis ini juga sering dijadikan sebagai bahan untuk membuat kue baik yang kering maupun yang basah, karena mungkin selain rasanya yang manis juga memiliki warna ungu alami yang lebih menarik jika dibanding ubi jalar jenis lain.
Salah satu hasil olahan dari ubi ungu yang sekarang cukup diminati oleh masyarakat adalah menjadikannya sebagai keripik, yang rasanya manis agak sedikit asin dan renyah ketika digigit. Bahkan jika dibandingkan dengan keripik singkong atau ketelo pohon, keripik ubi ungu atau ketela rambat akan lebih empuk ketika digigit, namun menurut kami untuk pemproduksinya masih lebih banyak untuk keripik singkong dibanding keripik ubi ungu.
Oleh karena itu mungkin ada beberapa diantara anda yang ingin mencoba untuk membuatnya sebagai usaha bisnis, atau untuk disantap sendiri sebagai camilan keluarga. Cara membuatnya sebenarnya juga relatif mudah dan tidak membutuhkan bahan yang terlalu banyak, mengingat rasa dari ubi ini sendiri juga sudah manis dan warnanya juga sudah menarik.

2.2Klasifikasi dan Marfologi Ubi Jalar
Ubi jalar merupakan sejenis tanamanan umbian yang menyimpan tanamanannya di dalam tanah . Tamanan ini sangat lah menyerupai tanaman umbian lainnya seperti kentang , singkong dan juga umbian lainnya , yang sangat lah memiliki kandungan gizi yang sangat tinggi.
Klasifikasi Ubi jalar Kindom Plantae (Plants), Sub kingdom Tracheabionta (Vasculer Plants), Super division Spermathopyta (Seed Plants), Division Magnoliopsida (Flowering Plants), Class Magnoliopsida (Dicotyledons), Sub classis Asteridae, Ordo Solanes, Familia Convulvulaceae (Morning Glory Family), Genus Ipomoea L . (Morning glory) dan Species Ipmoea batatas L .



Morfologi Ubi Jalar
a.       Batang
Batang tanaman ubi jalar berbentuk bulat, tidak berkayu, berbuku-buku dan tumbuh dengan merambat. Panjang batang tanaman ubi jalar 2- 3 m. Sedangan ukuran pada batang yaitu tergantung varietes misalya besar, sedang dan kecil, serta memiliki warna batang hijau tua dan ada juga yang berwarna keunguan.
b.      Ubi
Memiliki bentuk umbian yang bulat tidak rata dan kadang juga berbentuk lonjong. Berat ubi yang ideal yaitu 200 – 300 gram per ubi. Dan memiliki warna putih, kuning dan juga warna keunguan, dan memiliki kulit yang sangat ah tipis.
c.       Daun
Daun berbentuk bulat dan juga lonjong dengan tepi yang rat dan memiliki lekukan yang sangat lah dalam. Sedangkan memiliki bagian ujung daun yang sangat lah tajam. Daun biasanya memiliki warna hiaju tua dan juga kekuning – kuningan.
d.      Bunga
Bunga ubi jalar memiliki bentuk terompet tersusun dengan lima helai daun mahkota, lima helai dauan bunga dan satu helai putik. Mahkota bunga berwarna putih, bunga ubi jalar mekar pada pagi jika terjadi penyerbukaan maka akan terjadi buah.
e.       Buah
Buah ubi jalar berbentu bulat, berkulit keras dan berbiji.

2.3Budidaya Ubi Jalar
Tumbuhan merambat sering dibudidayakan berdasarkan cara budidaya ubi jalar untuk dimanfaatkan umbinya dan daunya yang masih muda untuk dijadikan sayuran.
Tanaman ubi jalar cocok ditanamn di tempat dengan ketinggian 500 mdpl namun saat ini dapat ditanamkan di ketinggian 1000 mdpl dengan waktu budidaya yang lebih lama.
Ubi jalar dapat ditanam di tepat dengan suhu sekitar 21-27oC dan di daerah tropis dengan curah hujan sekitar 750-1500 mm/tahun. Hal tersebut dikarenakan sinar matahari perlu untuk pertumbuhan tanaman yaitu 11-12 jam sehari.
Cara budidaya tanaman ubi jalar yaitu:
1.      Penyiapan Bibit
Untuk menyiapkan bibit ubi jalar, dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu:
a.       Cara generatif yang jarang digunakan untuk budidaya ubi jalar dalam skala uang luas namun untuk meperbanyak bibit dalam skala yang tebatas. Caranya dengan memilih umbi hingga tunas keluar. Tunas tersebut lalu dipotong dan siap ditanam.
b.      Cara vegetatif dengan cara stek. Pilih indukan dari tanaman berumur diatas 2 bulan dengan ruas pendek. Potong batang sekitar 15-25 cm. disetiap potongan, setidaknya terdapat 2 ruas batang. Papas daun dan ikat batang yang telah distek lalu dibiarkan ditempat teduh selama 1 minggu. Cara ini dianjurkan untuk3-5 kali penanaman.
Tanah yang cocok untuk ditanami adalah tanah lempung yang berpasir, gembur serta mengandung banyak unsur hara dan memiliki sistem drainase yang baik. jika ditanam di tanah kering dan retak, akan membuat imunitas tanaman menurun sehingga akan terserang hama dan penyakit. Namun jika ditanam di tempat yang becek dan basah, umbi akan menjadi kerdil, umbi mudah busuk dan bentuk benjol dan kadar serat tinggi.
Tanah yang cocok untuk dijadikan sebagai lahan tanaman adalah tanah dengan pH 5,5-7,5 dan tanaman ini dapat dapat tumbuh dengan baik di tegalan sawah, lakukan saat musim kemarau. Untuk pengolahan tanah, tidak perlu membutuhkan pupuk yang banyak.
Sebelum melakukan penanaman, tanah sebaiknya dicangkul atau dibajak untuk menggemburkan tanah. Buat bedengan dengan tinggi 30-40 cm dengan labr 60-100 cm dan jarak antar bedengan 40-60 cm.
Panjang bedengan terganung dari bentuk lahan yang anda gunakan. Sebaiknya gunakan pupuk kandang atau kompos dan campurkan pada bedengan dengan takaran 20 ton/ha. Pupuk kandang yang bagus untuk digunakan adalah pupuk kandang dari campuran ayam dan kambing atau sapi yang telah matang.
2.      Penanaman dan Perawatan
Penanaman dalam cara budidaya ubi jalar dilakukan dengan mebenamkan 2/3 bagian dari stek batang ke tanah. Dalam 1 bedengan, buat 2 baris tanaman dengan jarak antar tanaman dalam 1 baris adalah sekitar 30 cm dan jarak antar baris yaitu 40 cm. untuk itu 1 ha, dibutuhkan sekitar 36 ribu batang. Saat awal pertumbuhan, dilakukan penyiraman pagi dan sore untuk menjaga kelembaban tanah. Penyiraman dapat dihentikan ketika tanaman mulai tumbuh dengan ciri keluarnya daun baru.
Jika tanaman ditanam didaerah dengan intensitas hujan sekali dalam 2 minggu, tidak perlu dilakukan penyiraman terus menerus karena sudah cukup asupan air. Pemeriksaan keseluruhan dilakukan setelh 2-3 minggu penanaman.
Umur 6-8 minggu, lakukan tutup kembai tanah dan rapikan akar yang keluar dari jalur penanaman sehingga umbi tidak terlalu besar. Jika tidak ditertibkan, maka umbi yang dihasilkan akan banyak dengan ukuran yang kecil.
3.      Pemanenan
Setelah melakukan cara budidaya ubi jalar, lakuka pemanenan ketika ketela rambat telah berumur sekitar 3,5-4 bulan. Ketila memanen, perhatikan mengenai cuaca saat itu. Hindari pemanenan ketika musim hujan deras karena akan membuat umbi membusuk.
2.4Syarat Tumbuh Ubi Jalar
Ubi jalar merupakan tanaman yang potensial dikembangkan di Indonesia. Ubi jalar merupakan sumber karbohidrat yang dapat digunakan untuk subtitusi beras. Dua hal yang menjadi kelebihan ubi jalar dibandingkan dengan padi adalah potensi hasil per hektar yang lebih tinggi dan kemampuan tanaman untuk tumbuh di lahan yang kering.
Pengembangan tanaman ubi jalar harus dilakukan di daerah-daerah yang sesuai dengan syarat tumbuh tanaman sehingga potensi hasil yang didapatkan akan lebih tinggi. Umumnya, syarat tumbuh tanaman berkaitan dengan kondisi tanah dan iklim mikro yang berada pada suatu daerah.
Secara astronomis, tanaman ubi jalar dapat tumbuh baik mulai 40 lintang utara hingga 32 lintang selatan. Di indoensia, tanaman ubi jalar dapat tumbuh di daerah pesisir pantai hingga ketinggian 1700 mdpl. Ubi jalar dapat tumbuh di berbagai jenis tanah. Ubi jalar akan memiliki hasi tertinggi ketika ditanam di tanah lempung berpasir yang kaya bahan organik dan drainase yang baik. DI tanah lempung berat, ubi jalar akan menghasilkan umbi yang rendah. Di tanah yang subur, tanaman ubi jalar akan memiliki banyak daun, tetapi hasil umbi sedikit. Ubi jalar dapat tumbuh dengan baik pada tanah dengan derajat keasaman 5,5-7,5. Namun demikian, tanah yang optimal untuk pertumbuhan ubi jalar adalah dengan kemasaman 6,1-7,7.
Tanaman ubi jalar dapat tumbuh pada daerah dengan kisaran suhu antara 10 sampai dengan 40 C. suhu optimal untuk pertumbuhan ubi jalar adalah 21 sampai dengan 27 C. Ubi jalar dapat tumbuh dengan subur pada kondisi lingkungan yang panas dan lembab. Dibutuhkan paling sedikit empat bulan musim panas untuk mendukung pertumbuhan ubi jalar. Ubi jalar membutuhkan cahaya matahari penuh dengan durasi penyinaran 11-12 jam per hari. Untuk pertumbuhan vegetatif, ubi jalar membutuhkan750-1500 mm air hujan. Sementara untuk pembentukan ubi dibutuhkan kondisi yang kering.
Kondisi lingkungan tempat budidaya ubi jalar yang sesuai dengan syarat tumbuh tanaman akan memudahkan dalam teknis budidaya tanaman. Selain itu, kesesuaian kondisi lingkungan dengan syarat tumbuh tanaman akan meminimalisir input-input yang digunakan untuk modifikasi lahan sehingga tahapan dan agribisnis tanaman ubi jalar menjadi lebih efisien.





III. BAHAN DAN METODE
3.1Waktu dan Tempat
Praktikum dilaksanakan pada bulan April sampai dengan Juni 2017 dilahan percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, Jln. H.R. Soebrantas No. 155, Km. 15 Kelurahan simpang baru-Panam, Kecamatan Tampan, Pekanbaru.

3.2Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan adalah bibit ubi orange, pupuk kandang 2 kg, dolimit 1 kg, pupuk urea, TSP dan KCl, sedangkan alat yang digunakan adalah alat-alat pertanian, timbangan, meteran, timbangan digital, oven serta alat-alat lain yang mendukung praktikum ini.

3.3Metode Paktikum
a.       Persiapan Lahan
Lahan yang akan digunkan harus dibersihkan dari vegetasi yang mngganggu kemudian diratakan dengan cangkul dan dibuat bedengan ukuran 1 m x 1,2 m.
b.      Pemberian dolomit dan pupuk kandang
Dolomit diberikan 2 minggu sebelum tanah dengan cara menebar diatas permukaan bedengan lalu diaduk dengan tanah. Dosis yang diperlukan yaitu 10 tohn/ha ( 1 kg/bedengan). Satu minggu setelah itu, diberikan pupuk kandang dengan dosis 2 kg/bedengan dengan cara menebar diatas permukaan bedengan lalu diaduk dengan tanah.
c.       Penanaman
Bibit ubi orange digunakan didapatkan dari petani didaerah Kubang, bibit berupa stek batang dan stek pucuk dengan panjang 25 cm/stek. Stek ubi orange ditanam dengan posisi miring dengan cara ditanamkan sedalam ± 5 cm. jarak tanam yang digunakan adalah 50 cm x 30 cm
d.      Pemeliharaan
1.      Penyulaman dilakukan apabila tanaman mati, dilakukan 1 MST dengan cara menanam bibit atau memindahkan bibit yang mempunyai umur sama yang sudah disiapkan dibedengan cadangan.
2.      Penyiangan dan pembubunan
Gulma merupakan pesaing tanaman ubi jalar, terutama dalam pemenuhan kebutuhan akan air, unsur hara, dan sinar matahari. Bersama-sama kegiatan penyiangan dilakukan pembubunan.
3.      Penyiraman
Dilakukan tergantung kondisi dilapangan, kalau hari hujan tidak usah melakukan penyiraman.
e.       Pemberian perlakuan
Praktikum terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah pemberian pupuk anorganik yang diberikan 2 MST dan faktor kedua adalah pemberian pupuk organic cair yang diberikan setiap minggu, mulai dari minggu kedua dengan dosis 50 ml/tanaman.
Pupuk anorganik yang digunakan adalah urea, TSP dan KCL dengan 3 taraf yaitu :
D0= Urea : TSP : KCL (0 : 0 : 0)
D5= Urea : TSP : KCL (50kg/ha : 50kg/ha : 50kg/ha)
D10= Urea : TSP : KCL (100kg/ha : 100kg/ha : 100kg/ha)
Pupuk organic cair yang digunakan ada 4 jenis yaitu :
PKA = POC kotoran ayam
PKS = POC kotoran sapi
PKK = POC kotoran kambing
PKM = POC komersial
f.        Pengendalian hama dan penyakit
Dilakukan apabila ada serangan hama dan penyakit.
g.       Pemanenan
Pemanenan dilakukan pada umur ± 3 bulan dengan kriteria panen, daun sebagian besar telah gugur, batang menguning. Pemanenan dilakukan dengan mencabut ubi. Hati-hati menggunakan alat pertanian seperti cangkul karena bisa menyebabkan kerusakan ubi.
h.      Pengamatan
Pengamatan dilakukan terhadap pertumbuhan, pengukuran komponen hasil, hasil serta beberapa variabel pendukung. Pengamatan variabel pertumbuhan dilakuakan terhadap tanaman sampel yang diambil secara acak pada masing-masing petak percobaan. Pengukuran variabel komponen hasil dan hasil dilakukan pada saat panen dengan terlebih dahulu menetapkan luas ubinan dimana setiap ubinan terdapat delapan tanaman ubi jalar.
Pengamatan meliputi:
a)     Panjang batang (cm)
Pengamatan dilakukan pada panjang tanaman sampel hasil dari pangkal batang diatas permukaan tanah sampai ujung batang kemudian dirata-ratakan.
b)     Jumlah cabang primer pertaman (batang)
Pengukuran dilakukan dengan cara menghitung jumlah cabang primer pada tiga tanaman sampel diluar petak kemudian dirata-ratakan.
c)      Jumlah daun (helai)
Daun diamati dengan menghitung seluruh daun pada tiga tanaman sampel diluar petak kemudian dirata-ratakan.


IV.  HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1Hasil
Tabel 4.1 Tinggi Tanaman
PERLAKUAN
ULANGAN

I

II
III
PKA D0

50,98
44,13
43,38
PKA D5

59,08
38,70
49,71
PKAD10

46,94
45,27
36,35
PKK D0

65,73
53,71
57,42
PKK D5

46,68
52
51,60
PKK D10

58,98
38,1
52,28
PKS D0

51,58
67,8
55,52
PKS D5

46,48
25,71
53,1
PKS D10

66,19
67,06
43,29
PKM D0

49,33
40,19
48,25
PKM D5

72,14
48,25
45,14
PKM D10

51
32
34,93

Tabel 4.2 Jumlah Daun
PERLAKUAN
ULANGAN

I

II
III
PKA D0

67,46
33,17
46,46
PKA D5

81,13
34,46
50,67
PKAD10

49,33
54,71
45,21
PKK D0

59,54
56,38
58,5
PKK D5

51,79
47,67
103,83
PKK D10

48,5
34,25
32,08
PKS D0

44,83
79,42
71,83
PKS D5

61,25
36,75
45,96
PKS D10

123,42
54,54
78,46
PKM D0

61,67
52,79
56,25
PKM D5

89,71
58,33
63,17
PKM D10

54,25
33,5
26,63

Tabel 4.3 Jumlah Cabang Primer
PERLAKUAN
ULANGAN

I

II
III
PKA D0

22,46
14,08
16,33
PKA D5

37,58
20,04
18
PKAD10

30,5
24,33
7,37
PKK D0

10,17
3,62
21,29
PKK D5

19,96
3,46
30,42
PKK D10

8,04
11,75
9,12
PKS D0

33,21
10,42
47,79
PKS D5

20,71
11,25
19,79
PKS D10

14,21
16,12
17,54
PKM D0

21,08
9,12
25,46
PKM D5

29,17
8,58
22,71
PKM D10

12,29
7
14,33

4.2Pembahasan
1.     Tinggi tanaman
Dapat dilihat dari tabel 4.1 bahwa rata-rata tinggi tanaman tertinggi terdapat pada perlakuan PKM D5 Ulangangan satu dengan rata-rata tinggi tanaman 72,14 cm. Sedangkan rata-rata tinggi tanaman terpendek terdapat pada perlakuan PKS D5 Ulanganan dua dengan rata-rata tinggi tanaman 25,71 cm.
Hal ini disebabkan karena banyak faktor. Salah satu faktor diantaranya menurut penelitian Arif, dkk (2015), bahwa terdapat perbedaan kandungan bahan penyusun pupuk organik cair. Terdapat pupuk yang memiliki kadar nitrogen yang tinggi tetapi tanpa mikrobia hayati, terdapat pupuk dengan mikrobia hayati tanpa adanya nitrogen, dan terdapat pupuk yang memiliki mikrobia hayati sekaligus unsur hara makro lengkap (NPK). Berdasarkan beberapa parameter, secara umum pupuk organik cair komersial yang beredar tidak memenuhi standar baku pupuk organik cair yang ditetapkan pemerintah melalui permentan nomor 70/Permentan/SR140/10/2010. Baik unsur hara makro ataupun berbagai mikroorganisme hayati tidak memenuhi standar minimal yang ditetapkan. Dari kandungan nitrogen, hanya pupuk organik cair BN yang memenuhi standar yang ditetapkan. Dapat disimpulkan bahwa yang mempengaruhi tinggi tanaman bukan lah perbedaam jenis pupuk organic cair yang digunakan melainkan kandungan yang terdapat pada pupuk, baik itu pupuk organic cair atau pun pupuk anorganik. Berdasarkan penelitian Syarief (1986) dalam Arif,dkk (2015) menjelaskan bahwa nitrogen merupakan penyusun protein dan asam. Semakin luas ukuran daun, fotosintesis akan semakin optimal dan pada akhirnya berpengaruh terhadap pertumbuhan organ selain daun seperti tinggi tanaman dan diameter batang. Dalam kaitannya dengan ketersediaan hara, penambahan tinggi tanaman dan diameter batang dipengaruhi oleh ketersediaan N selama pertumbuhan tanaman. Menurut Saragih et al. (2013), semakin tinggi dosis nitrogen yang diberikan, semakin berpengaruh terhadap tinggi tanaman pada fase V9 (42 hst). Nitrogen merupakan penyusun biomassa tananam, termasuk juga diameter batang tanaman. Semakin banyak N yang diberikan maka semakin tinggi biomassa yang dihasilkan, semakin besar diameter batang tanaman. Menurut Mamonto (2005), pupuk NPK sangat dibutuhkan untuk merangsang pembesaran diameter batang.
Ternyata bukan hanya kandungan unsur hara dalam pupuk saja yang dapat mempengaruhi pertumbuhan tinggi tanaman tetapi ada faktor lain. Faktor lain yang menyebabkan kurangnya tinggi tanaman yaitu pada perlakuan PKS D5 Ulanganan dua bisa disebabkan karena tanaman ubi jalar tersebut habis dimakan kerbau, sehingga kurangnya data pengukuran yang akan diukur.

2.      Jumlah daun
Dapat dilihat dari tabel 4.2 bahwa rata-rata jumlah daun terbanyak terdapat pada perlakuan PKS D10 ulangan 1 dengan rata-rata jumlah daun 123,42 helai. Sedangkan rata-rata daun paling sedikit terdapat pada perlakuan PKK D10 ulangan tiga dengan rata-rata jumlah daun 32,08 helai.
Hal ini disebabkan karena pemberian pupuk N,P dan K. menurut penelitian Petrokimia Gresik (2002), agar  tanaman  dapat  tumbuh  dengan  baik  dan  menghasilkan produksi yang tinggi, diperlukan unsur hara atau makanan yang cukup. Unsur hara  utama yang dibutuhkan tanaman adalah Nitrogen (N), Fosfor (P) dan Kalium (K). Tidak   terpenuhinya   salah   satu   unsur   hara   tersebut   akan  mengakibatkan menurunnya kualitas dan kuantitas hasil produksi pertanian. Unsur hara N, P dan K  di  dalam  tanah  tidak  cukup  tersedia  dan  terus  berkurang  karena  diambil  untuk pertumbuhan  tanaman  dan  terangkut  pada  waktu  panen,  tercuci,  menguap dan erosi.  Untuk    mencukupi  kekurangan  unsur  hara  N,  P,  dan  K  perlu  dilakukan pemupukan.  Pupuk  yang  sesuai  untuk  memenuhi  kebutuhan  hara-hara  tersebut sekaligus adalah pupuk Phonska.
 Ternyata bukan pupuk saja yang dapat mempengaruhi pertumbuha jumlah tetapi ada faktor lain. Faktor lain yang menyebabkan kurangnya jumlah yaitu pada perlakuan PKK D10 ulangan tiga bisa disebabkan karena tanaman ubi jalar tersebut habis dimakan kerbau, sehingga kurangnya data pengukuran yang akan diukur.

3.      Cabang primer
Dapat dilihat dari tabel 4.3 bahwa rata-rata jumlah cabang primer terbanyak terdapat pada perlakuan PKS D0 ulangan tiga dengan rata-rata 47,79 batang. Sedangkan rata-rata cabang primer paling sedikit terdapat pada perlakuan PKK D5 ulangan dua dengan rata-rata cabang primer 3,46 batang.
Menurut penelitian Devi (2016), bahwa perlakuan pemangkasan menghasilkan pertumbuhan rata-rata panjang batang lebih pendek dari perlakuan tanpa pemangkasan, sebaliknya perlakuan pemangkasan menghasilkan pertumbuhan rata-rata panjang cabang primer yang lebih tinggi dari perlakuan tanpa pemangkasan selama waktu pengamatan dari umur 2 MST sampai 8 MST. Pemangkasan tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah cabang primer kecuali pada umur 4 MST, dimana perlakuan pemangkasan menghasilkan rata-rata jumlah cabang primer lebih banyak dari perlakuan tanpa pemangkasan. Pemangkasan juga berpengaruh nyata terhadap jumlah dan panjang cabang sekunder pada umur 6 MST sampai 8 MST, dimana perlakuan pemangkasan menghasilkan rata-rata jumlah dan panjang cabang sekunder lebih tinggi dari perlakuan tanpa pemangkasan. Pemangkasan berpengaruh nyata terhadap jumlah stek batang dan stek pucuk, dimana perlakuan pemangkasan menghasilkan stek batang dan stek pucuk yang lebih banyak dari perlakuan tanpa pemangkasan. Jarak tanam berpengaruh nyata terhadap jumlah dan panjang cabang primer dimana jarak tanam 100 cm x 30 cm menghasilkan pertumbuhan paling tinggi dari jarak tanam lainnya. Jarak tanam 100 cm x 30 cm menghasilkan rata-rata jumlah stek pucuk lebih banyak dari jarak tanam lainnya.
Pemangkasan merupakan kegiatan untuk meningkatkan dan mengoptimalkan bagian organ tumbuhan dengan cara menghilangkan atau mengurangi bagian organ tumbuhan lain. Kegiatan pemangkasan diharapkan akan meningkatkan hasil fotosintesis sehingga dapat memaksimalkan pertumbuhan dan produksi (Panggabean, 2014). Pemangkasan dilakukan untuk merangsang pertumbuhan dan meningkatkan jumlah percabangan (Munawaroh dan Aziz, 2013 dalam Devi, 2016). Pemangkasan akan mematahkan dominansi apikal, akibatnya suplai auksin terhenti dan mengalihkan pada pertumbuhan tunas-tunas lateral yang selanjutnya berkembang menjadi cabang tanaman (Irawati, 2006 dalam Devi, 2016). Dominansi apikal dapat merangsang pertumbuhan tunas pucuk dan menghambat pertumbuhan tunas lateral, sehingga dengan dilakukannya pemangkasan pucuk akan merangsang pertumbuhan tunas lateral dan menghambat pertumbuhan tunas pucuk (Usman et al., 2013 dalam Devi, 2016).
Bagian pucuk tanaman merupakan jaringan meristem apikal yang aktif mengalami pembelahan sel. Aktivitas tersebut dipengaruhi oleh hormon auksin. Hormon auksin akan ditranslokasikan pada bagian pucuk yang dipangkas sehingga merangsang pembentukan cabang baru. Senyawa lain yang diperlukan dalam pembentukan cabang baru antara lain sukrosa dan nitrogen. Senyawa-senyawa tersebut disintesa dalam daun kemudian ditranslokasikan ke bagian tanaman yang dipangkas. Pemangkasan pada tanaman sambiloto tidak memberikan respon yang cukup untuk meningkatkan pertumbuhan lateral, diduga karena rendahnya pembentukan senyawa auksin. (Januwati et al., 1996 dalam Devi, 2016).
Pemangkasan pucuk akan merangsang pertumbuhan tunas-tunas lateral yang kemudian berkembang menjadi cabang tanaman. Peningkatan pertumbuhan panjang cabang menyebabkan jumlah tunas baru yang terbentuk akan semakin banyak sehingga tanaman yang diberi perlakuan pemangkasan pucuk memungkinkan memiliki tunas lebih banyak (Irawati dan Setiari, 2006). Tanaman yang dipangkas akan kehilangan sebagian organ vegetatifnya. Kondisi ini merangsang tanaman untuk melakukan perbaikan diri dengan segera mengalihkan pada pertumbuhan samping berupa berkembangnya tunas ketiak daun (Srirejeki et al., 2015 dalam Devi, 2016). Kegiatan pemangkasan pucuk diharapkan akan menghasilkan bibit dalam jumlah banyak dengan kualitas yang baik (Sutapradja, 2008).
Penelitian terkait pemangkasan bagian pucuk pernah dilakukan oleh Srirejeki et al. (2015) dalam Devi (2015), menjelaskan bahwa pemangkasan pucuk pada tanaman buncis dapat menyebabkan dominansi apikal terhenti. Dominansi apikal yang terhenti menyebabkan auksin terakmumulasi dan mendistribusikannya ke meristem lain sehingga terbentuk tunas-tunas lateral dalam jumlah yang banyak. Penelitian lain juga dilakukan oleh Irawati dan Setiari (2006), menjelaskan bahwa pemangkasan pucuk pada tanaman nilam meningkatkan pertumbuhan panjang tunas lateral.


V.    PENUTUP
5.1  Kesimpulan
Dari penelitian dapat disimpulkan bahwa, rata-rata tinggi tanaman tertinggi terdapat pada perlakuan PKM D5 Ulangangan satu dengan rata-rata tinggi tanaman 72,14 cm. Sedangkan rata-rata tinggi tanaman terpendek terdapat pada perlakuan PKS D5 Ulanganan dua dengan rata-rata tinggi tanaman 25,71 cm. Rata-rata jumlah daun terbanyak terdapat pada perlakuan PKS D10 ulangan 1 dengan rata-rata jumlah daun 123,42 helai. Sedangkan rata-rata daun paling sedikit terdapat pada perlakuan PKK D10 ulangan tiga dengan rata-rata jumlah daun 32,08 helai. Dan rata-rata jumlah cabang primer terbanyak terdapat pada perlakuan PKS D0 ulangan tiga dengan rata-rata 47,79 batang. Sedangkan rata-rata cabang primer paling sedikit terdapat pada perlakuan PKK D5 ulangan dua dengan rata-rata cabang primer 3,46 batang.
Hal ini disebabkan dengan kombinasi antara POC dan pupuk anorganik. Karena berbeda pupuk, maka berbeda pula kandungan yang ada dipupuk tersebut. Dan berbeda dosis, maka berbeda pula nutrisi yang diserap oleh tanaman ubi jalar.

5.2  Saran
Dalam praktikum sebaiknya memilih lahan yang bebas dari hewan ternak seperti kerbau. Karena selama kami praktikum, pada minggu kelima hampir semua tanaman ubi jalar yang kami tanam habis dimakan kerbau. Dan hal ini menyebabkan sebagian mahasiswa kehilangan data pengukurannya dan sebagian lagi bedengannya hancur akibat diinjak kerbau-kerbau tersebut.


DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, Arif., dkk. 2015. Pengujian Lima Pupuk Organik cair Komersial dan Pupuk NPK pada Jagung (Zea mays L.). Vegetalika 4(4): 9-20. Diakses tanggal 13 Juni 2015
NOVIANTI, DEVI. 2016. PENGARUH PEMANGKASAN PUCUK DAN JARAK TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BIBIT UBI JALAR (Ipomea batatas L.). Skripsi Fakultas Pertanian IPB. Diakses tanggal 13 Juni 2015
Pahlevi, Reza., dkk. 2014. PENGARUH KOMBINASI PROPOSI PEMUPUKAN NITROGEN DAN KALIUM PADA PERTUMBUHAN, HASIL DAN KUALITAS TANAMAN JALAR (Ipomea batatas (L.) Lamb) VARIETAS CILEMBU PADA DARATAN RENDAH. Jurnal Produksu Tanaman 4(1). Diakses tanggal 13 Juni 2015
Permanasari, Indah., dkk. 2017. Penuntun praktikum Teknologi Produksi Tanaman Pangan. Suska Pers:Pekanbaru
Zuraida, Nani dan Yati Supriati. Usaha Ubi Jalar sabagai Bahan pangan Alternatif dan Diverifikasi Sumber Karbohidrat. Buleti AgroBio 4(1): 13-23. Diakses tanggal 13 Juni 2015.



LAMPIRAN
Pengolahan lahan
Pemberian dolomit
Penanaman




Pemupukan anorganik 1 MST




Pemupukan anorganik 5 MST





Pemupukan POC komersial setiap minggu
Perkembangan tanaman ubi jalar dari minggu ke minggu






Kerusakan setelah diinjak dan dimakan kerbau

1 komentar:

  1. Harrah's Reno Casino & Hotel - DrmCD
    Harrah's Reno Casino 사천 출장마사지 & Hotel. 777 Harrah's Rincon Way, Reno, NV 89169. (775) 성남 출장마사지 942-5000. (888) 밀양 출장마사지 862-5000. Call Now. More Info. Hours, Accepts Credit Cards, 김제 출장샵 Accepts 이천 출장마사지

    BalasHapus